Isu keadilan perempuan (gender) sebagai bagian dari keberlangsungan
demokrasi masih menjadi wacana yang banyak dipertimbangkan berbagai
kalangan, dari semenjak munculnya sebagai sebuah gerakan hingga saat
ini. Mulai dari teori psikoanalisa-nya Freud, hingga teori-teori yang
khusus menyoroti kedudukan perempuan dalam masyarakat.
Menurut
Ki Hajar Dewantara, pendidikan atau mendidik
berarti menuntun tumbuhnya budi pekerti dalam hidup anak didik,
supaya mereka kelak menjadi manusia yang berpribadi, yang beradab dan
susila. Selain itu, bapak pendidikan Indonesia ini juga mengajarkan
bahwa adab atau keluhuran budi manusia itu menunjukkan sifat batinnya
manusia, sedang kesusilaan atau kehalusan itu menunjukkan sifat hidup
lahirnya manusia yang serba halus dan indah.
Membahas masalah pentingnya pendidikan, saya pernah membaca artikel kisah mengenai seorang gadis pakistan yang tertembak di kepala saat sedang memperjuangkan pendidikan. Remaja berusia 15 tahun yang bernama Malala Yousafzai hampir kehilangan
nyawanya setelah ditembak oleh pria bersenjata Taliban setelah menulis
di sebuah blog mengenai pentingnya pendidikan bagi perempuan.
Malala tidak menyerah, selama masa pemulihan di rumah sakit, dia tetap
aktif membaca dan berterima kasih atas perhatian warga dunia pada
perjuangannya. Mari simak kegigihan gadis muda yang pemberani dan penuh
inspirasi ini.
Tanggal 9 Oktober menjadi hari yang suram bagi Malala, seorang pria
menembak kepala dan memukulinya. Kondisi yang sangat kritis itu membuat
Malala diterbangkan ke Inggris untuk menjalani pengobatan di Birmingham
Queen Elizabeth Hospital. Gadis remaja ini hampir kehilangan nyawa
karena peluru yang ditembakkan nyaris mengenai otaknya, bagian yang
sangat vital.
Sebelum penembakan terjadi, Malala ada di van sekolahnya di pinggir
kota Mingora, kemudian beberapa orang bersenjata menghentikan kendaraan
itu. Orang-orang bersenjata itu meminta gadis lain mengidentifikasi
Malala, yang pada awal 2009 telah menulis sebuah blog tanpa nama tentang
kehidupan di bawah Taliban. Blog itu juga menceritakan larangan sekolah
bagi semua perempuan di daerah tersebut.
Keberanian gadis muda ini menuai pujian, tidak hanya perjuangan untuk
bertahan hidup, tetapi juga keberanian Malala dalam menyerukan hak-hak
perempuan dan anak perempuan di Pakistan. Ribuan hadiah dan kartu ucapan
yang dia terima sejak tiba di Birmingham pada tanggal 15 Oktober
rasanya tidak cukup.
Kisah perjuangan mengharukan yang diperjuangkan oleh Malala sejatinya diikuti oleh seluruh remaja di tanah air. Semoga kita terinspirasi untuk terus memperjuangkan pendidikan di negeri pertiwi dan melahirkan para intelektual yang berkualitas serta mereka juga nantinya yang akan menginspirasi remaja-remaja lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar